Omong-kosong Revolusi Bolshevik 1917

Foto monumental Lenin berorasi di tengah pendukungnya.


Wahyu Budi Nugroho

Sosiolog Universitas Udayana


Tsar Nicholas II tidak ditumbangkan oleh kaum bolshevik. Revolusi bolshevik bukanlah gerakan rakyat. Bahkan, revolusi bolshevik pada awalnya tidaklah diinisiasi oleh kaum bolshevik sendiri, mereka sekadar membajaknya. Revolusi bolshevik adalah pembajakan Lenin dan domba-dombanya terhadap revolusi murni rakyat.


Inisiator Awal, Para Buruh Pabrik Perempuan

...adalah para buruh pabrik perempuan yang untuk pertama kalinya turun ke jalanan Petrograd (St. Petersburg)—ibukota Rusia kala itu—pada 23 Februari 1917 untuk memrotes kelangkaan roti. Mereka kemudian menghasut para buruh laki-laki untuk ikut mogok kerja dan turun ke jalan. Pada 25 Februari 1917, demontrasi ini pun membesar sehingga tuntutan akan roti berubah menjadi tuntutan akan penurunan Tsar Nicholas II. Kemerosotan ekonomi dan kelangkaan bahan makanan ini terjadi karena partisipasi Rusia dalam Perang Dunia I (1914-1918), kala itu Rusia tengah sengit-sengitnya menghadapi gempuran tentara Jerman.


Revolusi Februari 1917 diinisiasi oleh buruh perempuan | history.com


Cossack, unit tempur Rusia yang paling brutal dan paling loyal pada Tsar terpaksa turun tangan untuk menghalau demonstrasi ini, namun pada akhirnya mereka justru bersimpati pada gerakan rakyat—dan berkoalisi dengan rakyat. Tsar Nicholas yang kala itu tengah berada di garis depan mengawasi tentara Rusia yang bertempur dengan tentara Jerman hanya dapat terus-menerus mengirimkan perintah untuk menurunkan tentara dan senjata mesin. Rakyat merespons ini dengan meneriakkan slogan “Freedom or die!”.

Lambat-laun, tentara pun merasa muak karena terus diperintahkan untuk menembaki rakyat. Mereka berpikir, ibu mereka, saudara laki-laki dan saudari perempuan mereka, juga ikut turun ke jalan memrotes kelangkaan roti, apakah mereka juga harus ditembaki? Para tentara pun melakukan pembangkangan, dan sekali pembangkangan terjadi, tak ada jalan kembali kecuali menyebarkan pembangkangan itu guna keselamatan diri.


Prajurit Kronstadt, Kunci Revolusi

Di saat yang sama, tiga puluh ribu tentara Angkatan Laut Rusia baru saja berlabuh di Kronstadt, pulau kecil pangkalan militer Rusia. Para pelaut ini, yang kemudian disebut sebagai “tentara/prajurit Kronstadt”, merupakan para tentara Rusia yang paling terlatih, disiplin, profesional, dan paling menguasai persenjataan canggih—reputasi Angkatan Laut Rusia kala itu memang yang paling menonjol di antara angkatan militer Rusia lainnya.

 

Di sisi lain, Pulau Kronstadt sebagai pangkalan militer Angkatan Laut Rusia, merupakan tempat penggemblengan yang sangat kejam bagi para pelaut. Di situ, para pelaut mengalami proses pendisiplinan berlebih, mereka bisa dihukum sangat keras hanya untuk kesalahan kecil, semisal bagaimana hukuman kurungan sepuluh hari diberlakukan bagi prajurit yang telat mengikuti apél pagi.

 

Tentara Kronstadt | alamy.com

Lebih jauh, para prajurit Kronstadt terbilang jarang dikerahkan dalam Perang Dunia I, karena memang mereka lebih disiapkan untuk menjaga Ibukota Petrograd. Dengan begitu, para prajurit Kronstadt seakan dikurung dan diisolasi, sembari terus-menerus menuai pendisiplinan berlebih. Dengan begitu, (Pulau) Kronstadt adalah tempat yang penuh frustasi, tak heran sejarawan menyebutnya sebagai “bom waktu yang bisa meledak kapan saja”.


Para perwira tinggi militer pun berusaha menyembunyikan informasi yang sedang terjadi di Petrograd. Namun lambat-laun, selentingan kabar tentang kerusuhan di sana sampai juga ke telinga para pelaut Kronstadt. Jarak Kronstadt ke Petrograd yang terbilang dekat memungkinkan para pelaut menyelinap dan mencari tahu sendiri situasi dan kondisi ibukota. Begitu mereka mengetahui langsung kerusuhan yang terjadi, mereka bertambah frustasi.


Tentara Kronstadt turun ke jalan | britannica.com

Pada akhirnya, para tentara Kronstadt sepakat untuk menentukan sikap. Mereka memutuskan melakukan pembangkangan, dan pada tanggal 1 Maret 1917 dibentuklah “Komite Revolusi Baru”. Pada pagi harinya, seluruh perwira militer telah mereka eksekusi, ini juga tak terlepas dari “dendam” mereka selama ini yang menuai pendisiplinan berlebih (baca: kejam). Setelahnya, para tentara Kronstadt pun bergabung bersama gerakan rakyat.

 

Tsar Nicholas Turun Tahta

Tsar akhirnya tak bisa mengabaikan telegram yang terus-menerus masuk, ia pun berencana pulang ke Petrograd, namun di tengah jalan, rel kereta apinya telah disabotase oleh para buruh yang memberontak. Di tengah ketidakberdayaannya kembali ke Petrograd, telegram masih saja terus-menerus ia terima. Pada akhirnya, di tanggal 5 Maret 1917, Tsar menandatangani penurunan tahtanya, berakhirlah kekuasaan Dinasti Romanov yang telah memerintah Rusia selama tiga ratus tahun. Sama sekali tak ada campur tangan kaum bolshevik dalam peristiwa ini.


Tsar Nicholas II | history.com


Tentara Kronstadt menjadi Perebutan Kaum Ideologis

Pasca kevakuman kekuasaan di Rusia, berbagai kaum ideologis tampil ke panggung politik Rusia, mereka di antaranya adalah kaum sosialis, komunis (bolshevik), liberal, serta kaum demokrat-konservatif—kaum ini sesungguhnya merupakan sisa-sisa kekuasaan masa lalu.


Satu per satu kaum ideologis ini menawarkan idenya di hadapan tentara Kronstadt tentang bagaimana masyarakat Rusia ditata pasca-Revolusi, dan tampaknya ide dari kaum bolshevik yang disampaikan oleh Larissa Reissner sedikit-banyak menarik perhatian mereka.


Dampak lain dari presentasi ideologis di atas adalah mulai terliterasinya tentara Kronstadt. Mereka mulai membaca buku-buku ideologis, “pelajaran” yang sama sekali tak mereka peroleh saat menjadi tentara kekaisaran. Mereka pun sepakat untuk membentuk Soviet, yang berarti “dewan” atau “perwakilan” yang terdiri dari perwakilan buruh, petani, dan tentara.


Instabilitas Pemerintahan Sementara

Pemerintahan Sementara yang dibentuk pasca tergulingnya Tsar, nyatanya tak juga memuaskan rakyat. Pemerintahan yang sebagian besar berisi kaum demokrat-konservatif ini memutuskan untuk meneruskan perang melawan Jerman. Di sisi lain, rakyat merasa, meneruskan perang bukanlah kepentingan mereka, banyak tentara yang juga menolak keputusan ini, mereka membangkang dan berpidato di jalanan agar rekan-rekannya tak melanjutkan perang. Bagi mereka, Pemerintahan Sementara tak berbeda halnya dengan pemerintahan Tsar Nicholas II.


Pada masa-masa inilah Lenin pulang dari pengasingannya di Swiss. Ia mengambil kesempatan dengan meneriakkan slogan “Perdamaian, roti, dan tanah!”, dan memang, slogannya lebih populer ketimbang putusan untuk melanjutkan perang. Di sisi lain, rakyat yang tak sepakat dengan Pemerintahan Sementara meminta dukungan tentara Kronstadt, dan juga meminta agar kekuasaan Pemerintah Sementara dipindahkan ke tangan Soviet bentukan tentara Kronstadt.


Segera, tentara Kronstadt berbaris menuju Petrograd bersama rakyat untuk menggulingkan Pemerintahan Sementara, namun mereka dihadang oleh tentara Pemerintahan Sementara. Para sniper (penembak jitu) yang ditempatkan di gedung-gedung tinggi membuat barisan revolusioner ini kalang kabut. Tentara Kronstadt dan rakyat tercerai-berai, upaya penggulingan pun gagal. Di saat yang sama, Pemerintahan Sementara memublikasikan surat-surat yang menyatakan bahwa Lenin adalah penghianat negara karena ia merupakan mata-mata Jerman. Merespons ini, Lenin segera melarikan diri ke Finlandia.


Kudeta Lenin

Tuntutan rakyat akan pemerintahan yang baru terus bergulir. Ini yang kemudian menyebabkan Alexander Karensky, bekas menteri Departemen Perang, ditunjuk menjadi perdana menteri baru. Tak lama berselang, pemerintahan Karensky ditantang oleh pemberontakan Jendral Lavr Kornilov. Ketika Kornilov mengirimkan pasukannya ke ibukota, Perdana Menteri Karensky tak punya pilihan lain selain meminta bantuan Soviet (para buruh, petani, dan tentara) yang sebetulnya merupakan oposisi pemerintahannya.


Soviet menyepakati ini asalkan Karensky membebaskan para Soviet lainnya yang ditahan. Ia pun setuju dan segera mempersenjatai Soviet untuk menghadapi pasukan Jendral Kornilov. Namun di tengah jalan, para agitator Soviet menghadang pasukan Jendral Kornilov, mereka meyakinkan para tentara agar tak melanjutkan perjalanan ke ibukota: pemberontakan tentara Kornilov pun dapat diredam.


Syahdan, posisi Karensky pun semakin lemah, bagaimanapun juga, oposisinya dengan Soviet tetap membekas, ia pun kini telah mempersenjatai mereka, dan sekali Soviet dipersenjatai, ia tak mungkin melucutinya. Dalam kondisi ini, Lenin mulai mendekati tentara Kronstadt dan menawarkan ide kudeta Pemerintahan Sementara. Baginya, pemberontakan bersenjata tak terhindarkan.


Meskipun visi dan misi tentara Kronstadt sedikit-banyak sesuai dengan pemikiran Lenin, akan tetapi diskusi yang lebih panjang dan intens mengungkap perbedaan mendasar antar keduanya. Lenin menghendaki pemerintahan bolshevik, sementara tentara Kronstadt menginginkan pemerintahan Soviet. Namun pada akhirnya, tentara Kronstadt “mengalah” dan berpikir jika perbedaan antarmereka dapat diselesaikan setelah kudeta.


Lenin | pinterest.com


Setelah pemerintahan Karensky digulingkan, atas tuntutan rakyat, dibentuklah Majelis Konstituante yang representatif, di mana orang-orang dalam pemerintahan akan dipilih secara langsung, bebas, dan demokratis. Hal ini sangat menggembirakan rakyat karena sesuai dengan semangat Revolusi Februari 1917. Pasca pemilu demokratis pertama Rusia ini dilangsungkan, Partai Bolshevik sekadar memperoleh satu perempat (25%) suara.


Tak suka dengan hasil di atas, Lenin mulai memerintahkan kaum bolshevik untuk mengacau dan mengintimidasi Majelis Konstituante. Dari balkon dalam gedung, kaum bolshevik kerap meneriaki dan menghardik Majelis Konstituante saat rapat, bahkan salah satu dari mereka sempat meletuskan senjata api dan hampir mengenai salah seorang anggota Majelis Konstituante.


Lenin berkata bahwa Republik Parlemen Demokratik adalah kemunduran, seharusnya Republik Soviet-lah yang dibentuk, yakni sebuah pemerintahan diktator proletariat. Lewat istilah “Republik Soviet” inilah Lenin sekali lagi berupaya mengambil hati tentara Kronstadt agar setuju melakukan kudeta terhadap pemerintahan demokratis Majelis Konstituante; tentara Kronstadt pun kembali mengamininya.


Dengan bantuan tentara Kronstadt, Lenin berhasil menguasai parlemen, dan itu secara terang-terangan dilakukannya lewat jalan kekerasan. Harapan rakyat Rusia akan pemerintahan yang demokratis pun kembali pupus, terlebih setelah Lenin membentuk Komisi Luar Biasa, atau yang populer disebut “Cheka”—polisi rahasia cikal-bakal KGB Uni Soviet.


Cheka memiliki kekuasaan tak terbatas untuk menyelidiki, menginterogasi, dan menangkap mereka yang dilabelkan “kontra-Revolusi”. Lewat pelabelan inilah—kaum kontra-Revolusi—Lenin menangkapi lawan-lawan politiknya sehingga ia berkuasa penuh dalam pemerintahan.


Nasib Tragis Tentara Kronstadt

Setelah Lenin berkuasa penuh, tentara Kronstadt menagih janji Lenin akan pemerintahan Soviet yang betul-betul mewakili kaum buruh, petani, dan tentara; akan tetapi Lenin selalu berkilah. Kondisi pemerintahannya kini yang tengah dikepung (baca: dilawan) negara-negara sekitarlah yang menjadi alasan. Sekali lagi, tentara Kronstadt pun kembali bersedia berperang untuk Lenin, kali ini mereka dibantu Tentara Merah bentukan Lenin yang dipimpin oleh Leon Trotsky.


Pasca perang dimenangkan tentara Kronstadt—dan Tentara Merah—tentara Kronstadt kembali menagih janji-janji Lenin. Tetapi yang mereka dapatkan justru kenyataan kian sengsaranya kehidupan buruh dan petani. Kebijakan Lenin kepada petani agar menjual hasil panennya kepada negara sesuai harga yang ditetapkan menyebabkan kelaparan dan kematian lima juta jiwa petani Rusia. Para petani yang menolak langsung ditembak mati oleh Cheka, desa-desa yang tak mampu memenuhi target panen langsung dibumihanguskan, Cheka pun tak segan merampas bibit dari para petani untuk musim tanam berikutnya.


Pada musim dingin, kondisi di atas kian parah, dan tampaknya pemerintahan Lenin tak memiliki solusi apa pun. Kelaparan kian merajalela, begitupun penyakit dan wabah. Lenin kini seolah memimpin masyarakat yang tengah di ambang kehancurannya. Berkebalikan dengan kondisi rakyat, para elite pemerintahan bolshevik hidup nyaman dan berkecukupan. Serangkaian kenyataan inilah yang kemudian menyebabkan tentara Kronstadt merasa ditipu oleh Lenin, mereka pun mulai memberontak.


Akan tetapi, Lenin bertindak terlebih dahulu. Ia mengirim Tentara Merah untuk menghabisi tentara Kronstadt. Pada penyerbuan pertama, Tentara Merah Lenin gagal, tetapi pada penyerbuan kedua, mereka berhasil menghabisi tentara Kronstadt. Tentara Kronstadt yang tersisa melarikan diri ke Finlandia, sambil menyesali betapa selama ini mereka telah dibodohi oleh Lenin.


Dimulailah eksperimen sosial paling radikal dalam sejarah dunia modern. Eksperimen sosial yang ... terbukti tujuh puluh tahun kemudian gagal total: runtuhnya Komunisme Soviet.


*****

 

Referensi;

al-Sutani, Haider. 2017. The Impact of Bolshevik Revolution 1917 in International Politics. Baghdad: al-Mustanserya University.

Carr, E. H. 1950. The Bolshevik Revolution 1917-1923. London: Palgrave Macmillan.

Lilley, Ian. 2005. Russian Revolution. London: BBC.

Nugroho, Wahyu Budi. 2017. Riwayat Pemberontakan el-Comandante Fidel Castro. Yogyakarta: Sociality.

_________________________. 2019. Memahami Kembali Marx, Marxisme dan Perkembangannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zajda, Joseph. 2014. The Russian Revolution. New Jersey: Blackwell.

 

 

  

 

 

 

 

 

 

1 comment:

  1. Selamat sore pak Wahyu mengenai revolusi bolshevik.
    Dalam pemerintahan Tsar Nicholas II yang membentuk Duma sebagai Dewan Perwakilan Rakyat, saat itu tidak ada sedikit pun spirasi warga yang pernah didengar sangat mengharukan

    Selain itu oleh masyarakat, pemerintah yang disusun oleh Tsar dinilai buruk karena ia hanya memilih orang yang disukai saja sebagai pegawai pemerintahan dan bukan karena kemampuannya. Di bawah kepemimpinan Tsar, perbedaan sosial saat itu sangatlah mencolok. Banyak rakyat yang tidak mendapatkan haknya dan ada pula yang diperlakukan sebagai budak.
    Kalimat ini menurut saya bisa kita jadikan sebagai pemahaman bagi kita terutama pagi negara dan pemerintah bahwasan nya dalam memimpin suatu negara hendaky suatu pemimpin tidak boleh bersikap egosi dan perlu di garis bawahi bahwa keadilan tetap menjadi nomor satu .ini pun berlaku dalam organisasi dalam bisnis serta dalam masyarakat

    ReplyDelete