"Emancipate
yourself from mental slavery, none but ourselves can free our minds." (Bob Marley, from Marcus Mosiah Garvey, Jr.)
Bagaimana terjemahannya dalam bahasa?
“Institut Sanglah untuk
Pembebasan Individu”, atau: “Institut Sanglah untuk Kemerdekaan Individu”.
Apa itu Sanglah Institute for Individual
Emancipation?
…merupakan lingkar studi atau
komunitas studi yang selalu menggunakan sudut pandang “aktor”, subyek, atau
individu dalam merespon serta memberi rekomendasi atas beragam (fe)nomena
sosial yang terjadi.
Kapan berdirinya?
Embrio dari institut ini adalah
komunitas diskusi LOGOS (Lingkar Studi Mikrososiologi Universitas Udayana) yang
biasa menghelat diskusi di seputaran daerah Sanglah, Denpasar—para intelektual
gangster yang biasa bergentayangan di sekitar Sanglah. Seiring berjalannya
waktu, mengingat mereka yang berpartisipasi dalam diskusi ini kian beragam dan
merepresentasi latar belakang disiplin keilmuan yang berbeda—antropologi,
sastra, sejarah, arkeologi, politik, pertanian, dan lain sebagainya—maka
lahirlah ide untuk membentuk suatu institut guna menampung dan mensistematiskan
beragam pemikiran dengan sudut pandang dan semangat yang sama: nominalisme
sosial serta pembebasan individu.
Sanglah Institute diresmikan
berdiri pada 19 April 2016, sehari pasca Gede Kamajaya memenangkan kasusnya di
tingkat kasasi (Mahkamah Agung). Kemenangan Kamajaya atas institusi yang
digugatnya kian meyakinkan kami bahwa entitas individu “dapat bertindak lebih”;
memiliki bargaining position „posisi
tawar‟ di hadapan struktur, serta menunjukkan secara nyata bagaimana pilihan
personal individu dapat berimplikasi luas terhadap struktur maupun khalayak
luas—“Ketika aku memilih, aku memilih untuk seluruh umat manusia”. Serangkaian
hal tersebutlah yang kian mendorong kami untuk segera meresmikan pendirian
Sanglah Institute sebagaimana telah dicita-citakan sebelumnya.
Pembebasan individu seperti apa yang
dimaksud?
Keyakinan kami bahwa manusia
merupakan makhluk sui generic,
berimplikasi pula pada keyakinan bahwa seyogyanya tata sosial, budaya, ekonomi,
politik, dan agama tak seharusnya membatasi, menghambat, atau mematikan potensi
berikut kreativitas individu; terlebih menjauhkannya dari pola pikir kritis.
Kami yakin; tata sosial, budaya, ekonomi, politik, dan agama yang mengungkung
individu merupakan produk regime of
significant (regimo significato)
atau “rezim penafsir” yang kental akan kepentingan-kepentingan tertentu dan
bias kekuasaan. Oleh karenanya, superstruktur yang demikian sarat dikritisi,
dikompromikan, dinegosiasikan ulang, bahkan lebih jauh: dirombak. Seyogyanya,
serangkaian superstruktur tersebut bukannya menghambat individu, melainkan
menjadi sarana individu untuk beraktualisasi dan mengekspresikan semesta kemanusiaannya—
“Setiap manusia terlahir bebas, tetapi dimana-mana ia terbelenggu”.
Apakah Institut Sanglah mempropagandakan
individualisme?
Jawaban yang tepat adalah:
Institut Sanglah berupaya meluruskan dan menegaskan kembali perbedaan antara
pengertian “individualisme” dengan “antisosial” yang selama ini telah
disalahartikan secara luas dan kian jauh dari pengertian semula. Bagi kami,
“antisosial” menunjuk pada sikap antimasyarakat, anti-Individu lain; sebentuk
sikap egois yang mementingkan diri sendiri. Inilah mengapa, tindakan korupsi
misalnya, meskipun dilakukan secara berjamaah, dapat dikatakan sebagai bentuk
tindakan antisosial.
Sementara, individualisme bagi
kami, lebih merupakan pemahaman yang menekankan arti penting kemandirian
individu, terutama dalam berpikir dan menafsir—sapere aude „berani berpikir sendiri‟. Individualisme mengingatkan
manusia untuk menimbang terlebih dahulu berbagai konstruksi sosial yang ada di
sekitarnya; bahwa berbagai konstruksi tersebut tak seharusnya diterima begitu
saja tanpa dipertanyakan, dan diketahui maksud berikut tujuannya; bahwa
berbagai konstruksi tersebut sejatinya turut dibuat oleh para primus interpares (individu-individu
berpengaruh) yang memiliki akses terhadap kekuasaan.
Individualisme, sebagaimana awal pemahaman ini muncul dan
menyerua; merupakan buah pemikiran yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan; betapa individu sarat memiliki kedaulatan yang sama di hadapan
negara, masyarakat, atau institusi lainnya. Dengan demikian, individualisme bukanlah
suatu arus pemikiran tentang antimasyarakat atau antiIndividu lain, juga bukan
sebagai egoisme yang mengutamakan kepentingan diri ketimbang orang banyak.
Individualisme berupaya memanusiakan manusia, pun menentang segala bentuk
praktek yang menciderai kemanusiaan, dan atau, merendahkan martabat
kemanusiaan. Individualisme berupaya membentuk “masyarakat manusia”, bukan
masyarakat massa.
Bagaimana Institut Sanglah memandang
masyarakat?
Eksistensi masyarakat diakui
sejauh ia merupakan kategori abstrak yang berisi kumpulan individu dengan
kepentingannya masing-masing. Masyarakat dibentuk oleh individuindividu
berpengaruh, dan terus melanggengkan diri lewat produksi makna serta pikiran
dari individu-individu tersebut.
Apa tujuan didirikannya Institut Sanglah?
Melahirkan aktor dan agen sosial;
yakni mereka individu-individu yang resilien, otonom, otentik, individu yang
berdaya dan berani menegaskan haknya di hadapan struktur atau lingkungan sosial
yang tak memungkinkan bagi tumbuh-kembang potensi berikut daya kreativitasnya.
Tegas dan jelasnya, Institut Sanglah berupaya melahirkan “gerakan individual”.
Apa yang dimaksud dengan gerakan
individual?
Gerakan individual tentu berbeda
dari gerakan sosial, gerakan individual sepenuhnya bertumpu pada dimensi
keaktoran individu, dan lahir melalui proses individual empowerment „pemberdayaan individu‟. Munculnya gerakan
individual didasari oleh keyakinan bahwa “individu dapat bertindak lebih
melampaui dirinya” (persoalan seputar gerakan individual dan pemberdayaan
individu akan dijelaskan dalam publikasi-publikasi kami selanjutnya).
Apa saja kegiatan Institut Sanglah?
Terdapat tiga kegiatan utama,
yaitu; diskusi, publikasi, dan advokasi. Berbagai hasil diskusi dan pemikiran
Institut Sanglah dipublikasikan pada Buletin Emansipasi dan Jurnal Liberasi
yang berada di bawah naungan lembaga penerbitan Liberasi. Adapun kegiatan
advokasi dari Institut Sanglah sementara ini difokuskan pada persoalan
transparansi rekrutmen CPNS. Berkaca melalui gugatan yang dilayangkan Gede
Kamajaya, Institut Sanglah berupaya melakukan pendampingan bagi mereka yang
menilai kurangnya transparansi atau menemui kejanggalan dalam proses rekrutmen
CPNS.
Apa harapan ke depannya?
Institut Sanglah menjadi semacam
mazhab atau aliran pemikiran yang aktif menelurkan kajian, pemikiran, serta
teori dalam perspektif aktor atau mikrososial, pun aktif bergerak di ranah
emansipasi individu.
“Homo sum;
humani nil a me alienium puto.”
[“Aku manusia; tak ada manusia lain yang asing
bagiku.”]
(Publius
Terentius Afer)
Tags:
Ahmad Fauzi
Gede Kamajaya
M. Zaenal Arifin
Wahyu Budi Nugroho
...Adalah Sebuah Lingkar Studi; Adalah Sebuah Institut Untuk Pengkajian Dan Pengembangan Kajian-Kajian Bernuansa Mikrososial. Sanglah Institute (SI) Meyakini Potensi Kreatif Aktor Untuk Melakukan Perubahan Atau “Perbedaan” Sosial, Bahkan SI Meyakini Perubahan Sosial Selalu Berada Di Tataran Individual. Apa Yang Ditawarkan SI Adalah Pemberdayaan Individual, Sedangkan Produk Yang Dihasilkan SI Adalah Gerakan Individual. SI Adalah Suatu Aliran, Mazhab, Lebih Jauh: SI Adalah Cara Berpikir.
0 Comments:
Post a Comment