Gilles Deleuze dan Felix Guattari: Selayang Pandang

[aeon.co]


Rio Wijanarko
Pegiat Sanglah Institute

Gilles Deleuze lahir pada tanggal 18 Januari 1925 di Paris. Deleuze menyelesaikan doctorat d'Etat tahun 1968 dibimbing Maurice de Gandillac. Disertasi utamanya berjudul, Difference et repetition (Perbedaan dan pengulangan), sementara disertasi keduanya adalah Spinoza et le probleme de l'expression (Spinoza dan masalah ungkapan). Pada musim semi tahun 1969, Deleuze berjumpa dengan Felix Guattari, pakar psikoanalisis dan seorang komunis militan. Bersamanya, Deleuze menulis buku Anti-Oedipus: Capitalism and Schizophrenia (1972) untuk mengkritik psikoanalisis dan memperkenalkan “skizoanalisis”, Anti-Oedipus menentukan pengakuan intelektualitasnya, terutama sebagai pemikir besar setelah pemberontakan mahasiswa Mei 1968.

Catatan Ide-ide Gilles Deleuze dan Felix Guattari;
Skizofrenia, Tubuh-tanpa-Organ, dan Nomad
Anti-Oedipus: Capitalism and Schizophrenia (1972) adalah buku dengan kesatuan masalah politik dan psikoanalisis. Sebagai implikasi sebuah kesatuan, persoalan politik di wilayah sosial mentransformasi diri ke wilayah individual, pun sebaliknya, sehingga keduanya menjadi tak terbedakan. Pembahasan hasrat dalam paradigma Deleuze dan Guattari dimulai dari tradisi filsafat psikoanalisis freudian yang menganggap kemampuan hasrat cenderung merusak dan negatif sehingga perlu dikategorisasi melalui formulasi Oedipus yang tak lain adalah usaha anak untuk bersatu dan menginginkan “tubuh ibu” demi menemukan keutuhan asali. Hasrat yang demikian harus dilarang karena tabu. Bertentangan dengan itu, desire atau hasrat bagi Deleuze dan Guattari bukanlah logika kekurangan atau lack atas objeknya melainkan sebaliknya, subyeklah yang kehilangan hasrat karena terepresi, sehingga subjek juga terepresi.

Hasrat dalam pemahaman psikoanalisis dipenjarakan melalui model Oedipus, baik dalam teori dan praktek. Hasrat tumbuh berkembang melalui keluarga, sehingga dalam prakteknya, psikoanalisis mendapati analisisnya dengan pengandaian Oedipus. Inti dari semua ini adalah suatu ide yang melihat bahwa kita semua telah teroedipal dan digilakan oleh keluarga kita semenjak sosialisasi dan proses perkembangan dalam keluarga. Karenanya perlu ada pembebasan dari ikatan ini dan membiarkan hasrat kita berkeliaran dengan tujuannya adalah “revolusi hasrat”. Dan model seseorang yang bebas dari ikatan oedipal, yang hasratnya berkeliaran, adalah skizofrenia. Skizofrenia yang kemudian menjadi subjek hasrat gila bukan berartiterjebak dalam simplifikasimana suka, namun ada proses negosiatif yang harus dilalui.

Dengan skizofrenisasi, kita akan disembuhkan karena obat; artinya, kita akan bebas dari psikoanalisis. Subjek dalam usahanya keluar dari represi Oedipus haruslah benar-benar mengaktifkan mesin hasrat dan juga tubuh-tanpa-organ-nya sehingga bisa bebas terkoneksi dengan apa pun untuk menjadi apa pun. Istilah tubuh-tanpa-organ ini berasal dari Antonin Artaud, yang difungsikan oleh Deleuze dan Guattari sebagai perekam akan koneksi-koneksi yang sudah dibuat oleh subjek, merekam fungsi dan kenikmatan tiap-tiap koneksinya. Deleuze dan Guattari menjelaskan dengan mengibaratkannya sebagai sebuah telur, hal tersebut dikarenakan telur adalah ‘sesuatu yang akan menjadi,’ di dalam telur makhluk yang dihasilkan setelahnya belum dapat terlihat akan seperti apa—mungkin akan menjadi cacat atau sempurna; cantik atau jelek.

Tubuh-tanpa-organ merekam segala koneksi antara subjek dengan segala objek-sebagian yang memungkinkan subjek untuk mengingat kepuasan hasrat yang didapat dari koneksi subjek dengan banyak ragam atau variasi, maka jika tubuh-tanpa-organ difungsikan seiring dengan mesin hasrat, apa yang terekam di dalamnya bisa saja dikombinasikan dengan cerdik atau juga dibandingkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan subjek pada dasarnya merupakan subjek yang nomad dan tidak memiliki kesetiaan pada satu koneksi saja.

Tubuh seorang nomad pemikirannya mengembara dan tidak pernah menuntaskan satu pokok permasalahan, tetapi secara sederhana terus bertanya dan berpikir. Keinginan para nomad adalah mencoba hidup tanpa dihalangi oleh peraturan dan kode dominasi. Jadi, nomad merupakan proses pengembaraan cara berpikir seorang, atau dengan kata lain proses berpikir yang tiada akhir sehingga memicu terlahirnya suatu pemikiran baru.

*****

0 Comments:

Post a Comment