Sebelum Nyata
Bagus Ardiansyah
Pegiat Sanglah Institute
Lirih
Aku hanya ingat punggungmu
berlari, meninggalkan semua masa lalu
Sejauh 193 mil berpergian untuk melihatmu
mengemis hati agar kau menginginkan
Tak terduga! Seperti Jeffrey Dahmer
kau kunyah habis hatiku
Sewaktu hitam menyulut mata
di sela-sela suara merah
di ruang luas semakin maya
mematahkan kaki dan mimpi
melumpuhkan tangan dan ingatan
merebut senyum, merobek hati
Di atas tanah tempat kau meninggalkan segala
kau bakar diriku dalam angka 17
bagai kuntum bunga yang patah
dan semua yang kau ucap menjadi hampa
Suara sunyi berbisik; “Dengarkan aku,”
bersama dengan burung senja merah merekah
suara sunyi berbisik kembali; “Jangan berperang dengan masa
lalumu,”
Teduh, potongan hati berlari kembali
bagian demi bagian, melengkapi semua lubang
mengembalikan seluruh potongan hati
memutihkan gelapnya hitamku
memulihkan keyakinan,
memberikanku ruang untuk bernafas.
Di Kota Jogja
Di kota Jogja, teduhnya kembali
mengulang waktu
inilah jalan kenangan; di depan yang
sekarang adalah yang dulu
kala mata bergandengan menatap ketulusan
Oh, barisan kasih memeluk raga
tak kuasa pula, seketika jendela basah
berembun
aku merindukan teduh
Jembatan impian dan kehangatan kurasakan
Oh, alangkah teduh, sungguh
Gugurkan luka perlahan
Jauh membuang perih yang menguasai
atas sendu benih rindu
Bertahan
Luarmu mempesona
menawarkan goresan kata
terjerat juga akhirnya
Menyusut rahasia kata-kata
ciptaan segenap mimpi jelita
Angka-angka terpusat padanya
cuma membahagiakan Si Besar
Dalammu retak, tak kau hiraukan hingga
tersorot
Si kecil, ada kesedihan di sini
mengalir dari kedua sudut mata
semangat mereka; runtuhkan maut
semangat mereka; gandakan nyawa
sebelum surya terbangun
mereka telah menjadi Si Jago
Wahai Garuda pencakar pendidikan!
Selamatkanlah semangat si kecil!
Sebelum Nyata
Sehabis disekap tawa
tubuh rebah di pulau kapuk
Surut perlahan
mencoba menutup jendela dunia
jembatan dunia
Sewaktu detik jatuh
tanpa suara, mengabur batas ruang
Tersekat dalam gelap
sewaktu duka di depannya
dosa mengalir dari mata
menyekap beribu kata
di antara kenangan
bukan karangan bunga
Suara sumbang di luar
mana fana, mana nyata
di depan: memeluk erat jenazah
kehilangan, jantung sudah dijagal
Tak terduga begitu dalam luka ini
akhir dari segala telah menanti.
Tags:
Bagus Ardiansyah
...Adalah Sebuah Lingkar Studi; Adalah Sebuah Institut Untuk Pengkajian Dan Pengembangan Kajian-Kajian Bernuansa Mikrososial. Sanglah Institute (SI) Meyakini Potensi Kreatif Aktor Untuk Melakukan Perubahan Atau “Perbedaan” Sosial, Bahkan SI Meyakini Perubahan Sosial Selalu Berada Di Tataran Individual. Apa Yang Ditawarkan SI Adalah Pemberdayaan Individual, Sedangkan Produk Yang Dihasilkan SI Adalah Gerakan Individual. SI Adalah Suatu Aliran, Mazhab, Lebih Jauh: SI Adalah Cara Berpikir.
0 Comments:
Post a Comment