Bola Voli Wilson dalam Film Cast Away: Wujud Relasi yang Tertukar

Bola Voli Wilson dalam Film Cast Away:
Wujud Relasi yang Tertukar

[pic: quora.com]

Wahyu Budi Nugroho
Pegiat Sanglah Institute

Tulisan ini didekasikan untuk Fidiana Rakmawati Mujiatno
dan Riko Agusman—para mahasiswa/i gabut.

Cast Away, Biasa sekaligus Luar Biasa
…inilah tanggapan singkat saya terhadap film Cast Away: “biasa sekaligus luar biasa”. Jalan cerita film ini cukup sederhana, yakni bagaimana seorang eksekutif muda perusahaan jasa pengiriman barang lintas negara Federal Express (FedEx) bernama Chuck Noland—diperankan Tom Hanks—mengalami kecelakaan pesawat, kemudian terdampar seorang diri di sebuah pulau terpencil yang belum tersentuh peradaban manusia. Cerita-cerita “keterasingan” seperti ini menjadi biasa karena kita dapat menemui berbagai narasi serupa dalam banyak budaya pop, semisal Swiss Family Robinson (1960), Lord of The Flies (1990), serta yang lebih baru seperti; Into The Wild (2007), I am Legend (2007), 127 Hours (2011), serta Life of Pi (2012); namun dari kesemua daftar ini, novel The Life and Strange Suprizing Adventures of Robinson Crusoe karya Daniel Defoe (1719) tetap menjadi yang terklasik dan agaknya menjadi pelopor narasi keterasingan individu dalam budaya pop—diangkat ke layar lebar pada tahun 1997. Tetapi apabila dibandingkan, Life of Pi menjadi yang termirip dengan Cast Away karena sama-sama mengangkat kehampaan akut manusia tanpa interaksi dengan sesamanya, sementara Robinson Crusoe misalnya, pada akhirnya bersentuhan dengan peradaban suku primitif di pulau terpencil tempatnya terdampar.

Apa yang menjadi luar biasa dalam film Cast Away adalah kemampuan sutradara dan mungkin juga penulis skenario membuat adegan-adegan biasa menjadi begitu dalam dan mengena. Memang tak dapat dipungkiri, terdapat upaya dramatisasi dalam adegan-adegan tersebut, namun hal itu sama sekali tak terkesan dibuat-buat hingga kita berpikir tak mungkin terjadi dalam kehidupan manusia, berbeda dengan film-film lain, terutama film tanah air dan juga India dengan unsur-unsur dramatisasi yang menerabas batas sehingga kita justru menganggapnya konyol dan tak masuk akal. Mungkin memang, kelemahan kita terletak pada riset yang sangat minim. Apa yang terjadi secara psikologis ketika seorang manusia mengalami situasi ini atau itu? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini kiranya urung dieksplor lebih jauh, atau memang, tak tersedia alokasi dana yang cukup untuk melakukan riset sebelum membuat film.

Wilson: Relasi I-It yang Tertukar dengan I-Thou
Keberadaan bola voli bermerk Wilson dalam film ini sebetulnya sangat sepele, namun justru bola voli inilah yang memberikan sentuhan sangat mendalam. Ketika Noland telah cukup lama tak berinteraksi dengan manusia, ia menjadikan bola voli bermerk Wilson sebagai temannya bicara. Ia pun memanggilnya dengan nama “Wilson”. Anda yang sudah menonton film ini boleh jadi berpikir, kehadiran Wilson tidaklah terduga atau tak sengaja, yakni ketika telapak tangan Noland yang berlumur darah membekas pada bola itu, kemudian ia secara spontan membentuknya menyerupai wajah manusia. Dari sinilah percakapan antara Noland dengan Wilson yang notabene adalah bola voli dimulai. Secara psikologis, Wilson sebagai substitusi keberadaan manusia lain untuk berinteraksi tidaklah terjadi secara tiba-tiba. Ini mengingat, apabila manusia tak berinteraksi dengan manusia lain dalam waktu lama, ia akan mengalami kegilaan—inilah arti penting curhat. Apabila Wilson tidak ada, maka akan muncul Wilson-wilson lainnya, entah itu sebatang pohon, topeng dari kayu, atau bisa juga buah kelapa.

Gambar 1. Martin Buber [wikimedia.org]

Interaksi antara Noland dengan sebuah bola voli sesungguhnya menunjukkan relasi yang tertukar antara I-It dengan I-Thou. Hal ini sebagaimana dikemukakan seorang eksistensialis bernama Martin Buber bahwa manusia memiliki dua cara mengada terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Dua cara mengada ini sekaligus menunjukkan “AKU ganda” di hadapan being-being lainnya, dan bagaimana AKU sesungguhnya tak pernah terisolasi, melainkan selalu berada dalam jalinan relasi. I-It menunjuk pada jalinan relasi antara manusia dengan benda, yakni antara AKU dengan obyek (it-/itu-). Dalam relasi ini, terciptalah dunia benda-benda, sesuatu yang dibendakan, hak milik, atau penguasaan atas yang lain. Relasi I-It memiripkan wujudnya sebagai zwerk rational atau “rasionalitas instrumental”, suatu kesan pada obyek atau “yang lain” sebagai alat untuk mencapai tujuan atau memuaskan kehendak.

Sebaliknya, relasi I-Thou adalah relasi terhadap subyek, yakni “yang lain yang dianggap sepertiku”, ia bukan obyek, ia adalah diriku yang menjelma pada yang lain, ia juga memiliki pemikiran dan perasaan sepertiku juga. Secara ringkas, relasi I-Thou adalah relasi kita terhadap sesama manusia: AKU-Engkau. Dalam relasi I-Thou terjadi dialog untuk saling memahami, memenuhi kebutuhan masing-masing, suatu interaksi yang bersifat orisinal. Namun demikian, kerapkali relasi antara I-It dengan I-Thou tak jarang pula tertukar. Baik secara sadar ataupun tidak, seringkali kita mengganti relasi dengan sesama manusia seperti dengan benda; memanipulasinya, merekayasa, bahkan menjadikan manusia lain sebagai “alat” untuk mencapai tujuan. Begitu pula, tak jarang relasi kita dengan benda justru menemui wujudnya layaknya relasi dengan manusia. Bagaimana kita memperlakukan gawai, laptop, atau benda-benda lainnya secara lebih intim dan “manusiawi” dibandingkan memperlakukan sesama manusia. Pada misal yang pertama, relasi I-Thou tertukar oleh I-It, sedangkan pada misal yang kedua: I-It tertukar oleh I-Thou.

Gambar 2. Noland mulai mencoba berbicara pada Wilson [tenor.com]

Dalam hal ini, relasi yang terjalin antara Noland dengan Wilson yang seharusnya berwujud I-It (AKU-itu atau AKU-benda), berubah menjadi I-Thou (AKU-Engkau). Relasi I-Thou ini ditunjukkan lewat beberapa adegan. Pertama, ketika Noland mulai berbicara dengan Wilson saat berupaya membuat api. Kedua, saat Noland tak bisa membendung emosinya berteriak-teriak pada Wilson, lalu melemparnya ke luar goa, namun setelahnya Noland berusaha mencari Wilson sambil terus meminta maaf padanya bahwa hal yang sama takkan terulang lagi. Ketiga, ketika Wilson terlepas dari ikatan rakit yang dibuat Noland saat mengarungi laut untuk kembali ke peradaban. Dalam adegan ini, pagi hari ketika Noland terbangun pasca menghadapi badai malam sebelumnya, Wilson telah diombang-ambing arus laut dan berada cukup jauh dari rakit Noland.

Gambar 3. Noland mulai terbiasa berbicara pada Wilson, bahkan meneriakinya [eswau.net]

Saya yakin, apabila Anda menyaksikan adegan ini, Anda tidak bisa tidak bersepakat jika inilah adegan paling menyentuh dalam Cast Away. Noland segera menceburkan diri ke laut begitu menyadari Wilson tak lagi bersamanya. Ia berusaha sekuat tenaga berenang ke arah Wilson untuk kembali merengkuhnya, namun berulangkali ia melakukan ikhtiar itu, berulangkali pula ia gagal dikarenakan ombak laut terlalu besar. Ketika Wilson terus menjauh dari dirinya terbawa arus laut, Noland terus berteriak sambil menangis: “Wilson...! Im sorry, Wilson! Im sorry…!”. Adegan ini mampu menghipnotis kita dan memaksa kita untuk memaklumi relasi I-Thou yang terjalin antara Noland dengan Wilson, bahwa Wilson … selayaknya manusia. Bagaimana tidak, empat tahun lamanya sudah Wilson menemani Noland dari isolasi peradaban.

GIF 1. Noland berupaya menyelamatkan Wilson [giphy.com]

Lebih jauh, ada sebuah aura “sakral” yang dibangun adegan ini, hilangnya Wilson tak ubahnya hilangnya seorang sahabat, saudara dekat entah kakak atau adik kandung bagi seseorang, atau yang tak kalah parah: seorang ayah yang tak mampu berbuat apa pun ketika harus kehilangan anaknya—begitu penuh penyesalan. Kita dapat segera menemui tipikal serangkaian peristiwa itu dalam adegan ini sehingga memunculkan emosi yang sama. Tragedi pun menjadi sempurna ketika adegan ini ditutup dengan parau tangis Noland di permukaan rakit yang terombang-ambing arus laut sambil terus menyesali kepergian Wilson. Kali ini ia benar-benar sendiri.

GIF 2. Noland terpaksa harus merelakan Wilson [mtv.com]

Wilson tentang Identitas Sinkronis dan Nilai Sinkronis
Semenjak setiap obyek atau entitas memiliki pertanda (signified) dan penanda (signifier) sebagaimana ungkap Ferdinand de Saussure, teorisasi atasnya pun mulai berkembang jauh. Pertama-tama, perlu kita ingat bahwa tak ada hubungan alamiah antara pertanda dengan penanda. Secara sederhana, pertanda adalah “sebuah kehadiran”, obyek atau entitas tertentu yang dimaksudkan; sedangkan penanda adalah “penamaan” atasnya. Ketiadaan hubungan alamiah antara kedua hal ini ditunjukkan secara jelas ketika Kapten James Cook berlabuh di Benua Australia pada tahun 1770. Ia bertanya lewat isyarat kepada penduduk lokal (Aborigin) tentang binatang yang baru saja dilihatnya, tak lupa sambil menirukan laku binatang tersebut. Kemudian salah seorang di antaranya menjawab: “Kangaroo, kangaroo!”, jawaban tersebut sesungguhnya berarti: “Saya tidak tahu, saya tidak tahu!”, namun kemudian justru dijadikan nama binatang yang dimaksudkan Cook—kangguru.

Buntut dari ketiadaan hubungan alamiah antara pertanda dengan penanda juga memunculkan dikotomi antara identitas sinkronis dengan nilai sinkronis dari suatu obyek atau entitas. Sebagai misal, seorang raja dapat diidentifikasi lewat mahkota bertahtakan berlian yang dikenakannya, jubah mewah yang dipakainya; tanpa kesemua itu, ia bisa dianggap sebagai rakyat biasa—Bagaimana jika seorang raja didandani seperti petani miskin?. Di samping itu, Saussure turut mencontohkannya secara apik lewat sebuah permainan catur. Apabila bidak menteri kita hilang, kita bisa menggantinya dengan benda apa pun dan menganggapnya sebagai menteri, semisal dengan tutup botol sirup. Uniknya, tutup botol sirup ini hanya akan tetap menjadi menteri ketika ia berada di papan catur, di luar itu, ia akan kembali menjadi tutup botol sirup. Di sini pun kita bisa dibingungkan, apakah sebetulnya ia sesosok menteri, ataukah tutup botol sirup?

Begitu pula yang terjadi pada Wilson. Identitas sinkronisnya sebagai bola voli dan nilai sinkronisnya sebagai benda untuk dilempar dan dipukul kesana-kemari dipisahkan secara sengaja oleh Noland. Bola voli tak lagi menjadi identitas sinkronisnya, melainkan manusia. Nilai sinkronisnya tak lagi menjadi benda untuk dioper atau dipukul kesana-kemari, tetapi sebagai teman interaksi layaknya manusia. Uniknya, Wilson akan tetap menjadi manusia sejauh Noland menganggapnya demikian. Inilah misal apik bagaimana identitas sinkronis dengan nilai sinkronis dapat tertukar layaknya relasi I-It dengan I-Thou.


Referensi lanjutan:
Film;
Cast Away (2000), 20th Century Fox & Dream Works.

Buku;
Buber, Martin. 1923. I and Thou. New York: Charles Scribner’s Sons.
Holdcroft, David. 1991. Saussure: Signs, System, and Arbitrariness. Cambridge: Cambridge University Press.
Schilpp, Paul Arthur & Maurice Friedman. 1991. The Philosophy of Martin Buber. Illnois: Open Court Publishing Company.  

28 comments:

  1. Mantap gan artikel-nya, sangat dinantikan untuk artikel yang anda buat selanjutnya

    Agen Bola
    Casino Online
    Judi Slot Online

    ReplyDelete
  2. selamat pagi pak Wahyu, begitu menarik artikel diatas dimana disini peran Wilson (bola voli) yang dianggap Noland sebagaimana manusia untuk menggantikan peran manusia lain agar ia tetap dapat berkomunikasi meskipun itu tidak mungkin adanya feedback dari Wilson, namun Noland tidak peduli akan hal itu intinya ia tetap berkomunikasi dan berinteraksi dengan Wilson. Jika dilihat dari pandangan masyarakat yg membaca artikel ini sebagian menganggap Noland ini gila karena berkomunikasi dengan benda, namun untuk sebagian orang pula Wilson dianggap sebagai pengganti manusia yg bisa diajak berinteraksi, berkomunikasi, selagi Noland hanya berfokus kepada Wilson sebagai subjek bukan objek. Saya sendiri lebih memihak kepada pandangan yg kedua yaitu "sebagian orang Wilson dianggap sebagai pengganti manusia yg bisa diajak berinteraksi, berkomunikasi, selagi Noland hanya berfokus kepada Wilson sebagai subjek bukan objek. " karena bisa dikatakan apa jadinya jika manusia hidup tapi tanpa adanya interaksi? saya rasa itu perwujudan untuk bertahan hidup selain makan. Jadi sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup selain makan maka seseorang membutuhkan adanya interaksi secara langsung dengan adanya feedback atau ada respon maupun dalam bentuk imajinasi seseorang. Jadi menurut saya kekuatan imajinasi seseoranglah yang mampu sebagai salah satu cara untuk menggantikan peran orang lain dalam berinteraksi. sekian pak


    (Rafny Alnovira 1812511001)

    ReplyDelete
  3. Terimakasi bapak atas artikelnya yang sangat menarik tentang film cast away, dapat saya simpulkan bahwa Keberadaan bola voli (Wilson) menunjukkan kebutuhan manusia akan seorang teman bicara, manusia tidak dapat hidup sendiri. Saya mengartikan dari kutipan artikel bapak “ Identitas sinkronisnya sebagai bola voli dan nilai sinkronisnya sebagai benda untuk dilempar dan dipukul kesana-kemari dipisahkan secara sengaja oleh Noland. Bola voli tak lagi menjadi identitas sinkronisnya, melainkan manusia. Nilai sinkronisnya tak lagi menjadi benda untuk dioper atau dipukul kesana-kemari, tetapi sebagai teman interaksi layaknya manusia”

    Gusti Ayu Kade Mirah Diantari/ 1812511049

    ReplyDelete
  4. Selamat pagi pak, izin menyampaikan pendapat dan mohon koreksinya jika saya keliru🙏

    Dalam teori pertukaran sosial disebutkan bahwa seseorang akan cenderung mengulangi tindakan atau perilakunya ketika mendapatkan reaksi positif dari lingkungannya. Maka ini jugalah yang terjadi terhadap Noland dalam memposisikan Wilson. Noland dengan kesendiriannya tanpa ada manusia lain kemudian mulai mencoba memperlakukan Wilson sang bola voli sebagai teman (manusia). Kemudian bagi Noland reaksi yang diberikan Wilson terhadapnya adalah sebuah reaksi yang positif sehingga Noland pun terus mengulangi tindakan-tindakannya terhadap Wilson. Reaksi positif Wilson yang dirasakan Noland adalah bagaimana Wilson tetap berada di dekat Noland dan setia menemaninya dan bersedia mendengarkan apa saja yang di luapkan oleh Noland selama 4 tahun.
    Padahal Wilson adalah benda mati yang
    tidak tahu apa-apa, namun Noland yang berada di tengah pulau terpencil dan mengalami keterasingan dari dunia sosialnya dengan manusia lain mulai merasakan kehangatan dan kenyamanan dari Wilson, dimana hal tersebut tidak bisa didapatkannya dari siapapun di pulau terpencil tersebut.

    Santa Monika Manullang/ 1812511041

    ReplyDelete
  5. Izin berkomentar bapak, menurut saya tulisan tersebut sangat menarik dan mudah untuk di pahami. Bahasa yang digunakan terkesan sederhana tetapi memiliki banyak makna mendalam sehingga menjadikannya sangat berbobot atau bernilai. Pada tulisan ini dapat kita lihat film yang begitu sederhana yaitu hanya mengisahkan seseorang yg terdampar dan terasingkan dengan sebuah bola voli biasa, mampu menjadikannya sebagai sesuatu yg dramatis (bermakna). Menjadikan kisah antara keduanya memiliki sebuah ikatan yang tidak biasa dan mampu di analisis secara mendalam. Dengan hanya membaca tulisan ini saya mampu melihat adanya beragam perasaan yg tertuang dari Noland lewat interaksi yg sesungguhnya tidak wajar dengan Wilson alias bola voli. Keputusasaan yang sangat membebani, kesedihan, kemarahan dan lain sebagainya terkuak cukup kuat antar keduanya. Padahal Wilson tidak berbicara, tidak bergerak (kecuali ada yg menggerakkannya) dan tentu saja tidak hidup. Tapi Noland bisa dengan mudah menjadi terhibur karena keberadaannya, marah, bahkan menjadi sedih. Anehnya lagi ketika kita menonton mereka, kita ikut terbawa suasana seperti yang di ungkapkan tulisan di atas yaitu saat adegan Wilson terbawa arus dan Noland berusaha menjangkaunya (menyelamatkannya).Padahal jika kebanyakan orang melihatnya dan berfikir logis, komunikasi antara keduanya akan dianggap sesuatu yang tabu atau bahkan gila.
    Berdasarkan kajian ilmu yang dilakukan penulis mengenai I-It dan I-Thou untuk membedah tulisan ini, film tersebut menandakan bahwa interaksi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan individu. Sayangnya film ini juga memperlihatkan kejanggalan secara realita sekarang atau lebih kasar lagi menyindir. Terlihat pada saat kita mulai terobsesi (ketergantungan) pada gawai seperti handphone/smartphone dan menjadikannya bahan untuk interaksi. Praktik interaksi sekarang, individu diganti dengan benda-benda tersebut (gawai) bahkan saat kita bangun tidur pun yang saat ini individu lakukan untuk berinteraksi adalah mengambil gawai mereka, berkomunikasi dengan apa yg ada di dalamnya, tertawa sendiri melihatnya dan lain sebagainya. Saat gawai hilang individu akan kebingungan mencari bahkan sampai pada perasaan sedih dan emosional. Inilah yang saya tangkap dari film terkait. Kemungkinan orang-orang berprasangka aneh melihat interaksi manusia dengan bola voli, padahal kita terkadang mengalaminya pada saat berinteraksi dengan benda kesayangan contohnya gawai tersebut.
    Demikian komentar dari saya, terimakasih atas kesempatannya, maaf apabila ada kesalahan dalam tulisan di komentar saya yang memiliki makna aneh ataupun menyinggung

    Nama : Ida Ayu Dea Ikka Wardhani
    NIM : 1712511016

    ReplyDelete
  6. Selamat pagi Pak Wahyu, terimakasih atas artikel yang sangat menarik ini, yang dapat saya simpulkan Film ini menggambarkan realitas dalam kehidupan bermasyarakat. Membaca artikel ini mengingatkan saya bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa orang lain, namun yang paling cocok disini yaitu manusia memerlukan teman untuk bercerita. Hal ini yang dialami oleh Noland yang menjadikan bola voli sahabatnya dikarenakan ia sudah lama tidak berinteraksi dengan manusia. Noland menyebut sahabat bola volinya dengan nama Wilson. Kemudian, Noland memperlakukan Wilson layaknya sahabat manusia dengan mengajaknya berbicara dan ketika Wilson hilang penyesalan ini dialami oleh Noland seperti kehilangan keluarga dan akhirnya ia benar-benar sendiri. Artikel ini memberikan saya pemahaman baru tentang relasi yang tertukar antara I-It dengan I-Thou menjelaskan interaksi antara persahabatan Noland dengan Wilson yang seharusnya hubungan antara aku-benda menjadi aku-engkau. Hal tersebut juga terjadi di masyarakat yang memilih memperlakukan barang yang mereka sayangi layaknya manusia seperti boneka dan handphone mereka sebagai teman bercerita atau teman berinteraksinya dan ketika barang tersebut hilang maka tak jarang seseorang akan mengalami rasa kehilangan yang mendalam layaknya pada gambaran film cast away ini. Terimakasih pak

    (Komang Ayu Widyantari/ 1812511046)

    ReplyDelete
  7. Mohon ijin berkomentar terkait artikel diatas, pak. Menurut saya, artikel tersebut dikemas dengan sangat baik, mulai dari cara penyampaian, visual yang diberikan serta konsep I-It dengan I-Thou yang tentunya menyempurnakan isi dari artikel "Bola Voli Wilson dalam Film Cast Away: Wujud Relasi yang Tertukar".
    Secara singkat, artikel tersebut membahas hubungan antara bola voli "Wilson" dengan pemiliknya yang bernama Noland. Kedekatan antara Noland dengan Wilson akhirnya menciptakan sebuah relasi yang tertukar. Dalam hal ini, relasi yang terjalin antara Noland dengan Wilson yang seharusnya berwujud I-It (AKU-Itu atau AKU-benda), berubah menjadi I-Thou (AKU-Engkau).
    Melihat keadaan diatas, sepertinya tergambarkan jelas dengan kondisi saat ini, dimana kemajuan teknologi telah "merasuki" seluruh kalangan. Salah satunya, handphone, laptop, tablet, dan sejenisnya. Tidak perlu berbicara jauh, saya sedikit mampu merasakan posisi Noland ketika ia tidak mampu berinteraksi dengan manusia lain, kemudian saat bertemu Noland, ia menganggap bahwa ada sesuatu yang akan "menemani"nya. Mengapa saya mampu merasakan posisi Noland? Hal ini karena ketika saya merasa tidak "mampu" untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekeliling saya atau ketika saat ini saya hanya tinggal sendirian dan juga jarang bertemu orang, kehadiran handphone tentunya menyelamatkan saya. Saya sering merasa bahwa handphone saya adalah "teman" saya, saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan handphone dibandingkan dengan orang lain. Ketika handphone tidak berada didekat saya pun, saya akan merasa gelisah, sedih dan sebagainya.
    Sebenarnya, tidak ada salahnya jika ketika memiliki "teman" selain orang-orang disekeliling kita, seperti Noland dengan Wilson (bola boli). Namun, yang menjadi kekeliruan adalah ketika terjadi "kehilangan makna seharusnya", seperti relasi yang tertukar antara I-It dengan I-Thou. Saya merasa, hal ini seharusnya bisa menjadi evaluasi atau pembelajaran agar tidak "mendewa-dewakan" sebuah barang dan lebih bijak menggunakan barang sesuai dengan fungsinya.
    Sekian komentar dari saya. Mohon maaf jika terdapat kesalahan kata. Terimakasih.

    (Ni Made Dwi Agustina/ 1812511048)

    ReplyDelete
  8. Selamat Pagi pak, Izin berkomentar mengenai artikel diatas, sebelumnya Terimakasih atas penjelasan mengenai film ‘Cast Away’ ternyata begitu banyak makna yang tersirat dalam film tersebut, saya dahulu sempat menonton film yang diperankan Tom Hanks ini, yang lebih saya amati disini bagaimana hebatnya kemampuan Hanks dalam berperan dengan dialog monolog, sepanjang film kita dipersembahkan dengan Interkasi Noland dengan benda mati, dan dirinya sendiri. Yang bisa saya simpulkan dari artikel diatas bahwa sesungguhnya manusia tidak bisa hidup sendiri, mereka memerlukan seseorang untuk berinteraksi dan bertahan hidup, itulah mengapa manusia dianggap sebagai makhluk sosial. Noland disini menggambarkan makhluk sosial pada umumnya, dimana ia perlu seseorang yang bisa menemaninya selama bertahan hidup di dalam pulau asing tersebut, yang akhirnya tertuju pada sebuah Bola Voli yang diberi nama Wilson, selama 4 tahun lamanya Wilson menjadi penyemangat hidup Noland dalam bertahan Hidup, bahkan ketika Noland hendak pergi ke tempat asalnya, Noland senantiasa membawa Wilson pergi bersamanya, seperti yang telah dijelaskan pada artikel tertukarnya relasi antara I-It dengan I-Thou, yang seharusnya Interkasi Aku-Benda, berubah menjadi Interkasi Aku-Engkau, ini memberikan saya pemahaman baru mengenai relasi I-It dan I Thou tersebut. Penggambaran tersebut juga terwujud pada saat ini sering kali beberapa manusia menganggap benda mati sebagai teman hidup mereka, baik itu boneka, bantal, handphone. Bahkan dalam salah satu ajang pencarian bakat yakni ‘Indonesian Idol’, salah satu kontestan mengungkapkan bahwa headphone yang dipakainya merupakan teman hidup yang tidak bisa dipisahkan darinya, kontestan tersebut mengatakan bahwa tanpa headphone tersebut, semangat hidupnya terasa hilang, ini juga sama dengan apa yang dilakukan Noland selama hidup dalam pulau terpencil tersebut, dimana ketika kehilangan Wilson ia merasa salah satu semangat hidupnya telah pergi. Sekian bapak komentar dari saya, Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam berkomentar.
    (Ida Ayu Putu Eka Marenita Putri/ 1812511033)

    ReplyDelete
  9. Selamat pagi bapak. Terimakasih atas artikel yang menarik ini. Izin berkomentar:
    Artikel tentang film cast away begitu menarik dimana menceritakan relasi antara Noland dengan wilson (bola voli) di tempat terpencil. Hal ini menunjukkan Noland sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain. Sebagaimana yang dialami oleh Noland yang membutuhkan seorang teman karena ia merasa kesepian ketika terdampar seorang diri di pulau terpencil yang belum tersentuh oleh peradaban manusia sehingga membuatnya tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Keberadaan wilson yang merupakan bola voli (objek) tersebut dijadikan sebagai teman(subjek) yang dapat diajak berinteraksi dan berkomunikasi oleh Noland. Meskipun dalam setiap interaksi dan komunikasi yang dilakukan oleh Noland tidak pernah dapat ditanggapi oleh wilson karena memang wilson merupakan benda (objek) bukan manusia (subjek) namun hal tersebut tetap dilakukannya.
    Dalam artikel tersebut juga dijelaskan bahwa hubungan relasi antara Noland dan wilson (bola voly) merupakan relasi I-It dan I-Thou yang tertukar. Dimana I-It menunjuk pada jalinan relasi antara manusia dengan benda, yakni antara AKU dengan obyek. Sedangkan I-Thou menunjuk pada relasi terhadap subyek, yakni “yang lain yang dianggap sepertiku”, ia bukan obyek. Relasi I-It dan I-Thou yang tertukar ini seperti relasi antara Noland dengan wilson (bola voly) dari yang seharusnya AKU dengan obyek menjadi AKU dengan Engkau. Sekian terimakasih.

    Devi Retno Wulansari/1812511030

    ReplyDelete
  10. Mohon ijin memberikan komentar bapak. Menurut saya, artikel ini cukup sederhana, tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Keberadaan Wilson menunjukkan kebutuhan manusia akan seorang teman untuk dapat berinteraksi, dan menunjukkan bahwa memang manusia itu tidak dapat hidup sendiri. Hidup itu adalah sebuah pilihan dengan masing-masing konsekuensinya. Disini, Noland bisa saja memilih untuk tetap berada di pulau itu, dengan hidup yang tidak bermakna. Tetapi pilihannya untuk kembali justru membawa Noland ke kehidupan yang lebih baik. Jika berbicara terkait kehidupan masyarakat saat ini, terkadang peran manusia lain sebagai teman untuk berinterkasi telah tergantikan dengan benda-benda yang memang sangat kita butuhkan untuk dapat berinteraksi secara sosial dan dapat dengan mudah kita kendalikan sendiri sesuai dengan keinginan kita. Selain itu, terkadang ketika benda-benda ini hilang atau rusak kita pun akan berjuang untuk mendapatkannya kembali, maka boleh dikatakan peran dan nilai benda-benda yang kita gunakan ini sangat besar dan sangat mampu mengantikan wujud posisi manusia dalam kehidupan kita sehari-hari. Sekian yang dapat saya sampaikan pak, mohon maaf jika ada pendapat saya yang kurang berkenan. Terimakasih🙏

    Giralda Martje Lawalata / 1812511021

    ReplyDelete
  11. Izin memberikan komentar bapak, sebelumnya terimakasih atas tulisan yang sangat bagus ini. Menurut saya tulisan ini ditulis dengan sangat baik sehingga mudah dipahami. Dari tulisan ini saya dapat menangkap yaitu bagaimana Noland yang mengalami kecelakaan pesawat, kemudian terdampar seorang diri di sebuah pulau terpencil yang belum tersentuh peradaban manusia itu menyebabkan Noland merasa stres. Noland menghadapi tekanan dan perubahan. Ketika beban masalah yang dihadapi ditanggung seorang diri, stres dapat muncul. Oleh karena itu Noland membutuhkan seseorang yang dapat setidaknya menjadi tempat untuk menceritakan keluh kesah yang dirasakan. Sehingga Noland (secara tidak sengaja) menemukan sesuatu yaitu bola voli wilson yang dapat ia jadikan seseorang untuk menceritakan keluh kesahnya. Dari sinilah relasi yang tertukar antara I-It dan I-Thou tersebut. Dimana interaksi yang seharusnya dilakukan oleh Noland terhadap bola voli wilson yaitu I-It (aku-benda), menjadi I-Thou (aku-engkau). Sekian komentar dari saya. Mohon maaf bila terdapat salah kata. Terimakasih.

    (Alfia Tanjung/1812511047)

    ReplyDelete
  12. Selamat siang pak wahyu, dari artikel ini saya mendapatkan pemahaman baru tentang relasi yang tertukar antara I-It dengan I-Thou yang dijelaskan dengan interaksi antara Noland dengan Wilson yang merupakan sebuah bola volly. Keberadaan bola voli (Wilson) menunjukkan kebutuhan manusia akan seorang teman bicara, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan manusia lain dalam kurun waktu yang lama. Terciptanya hubungan eksklusif antara Noland dan Wilson pada awalnya dibangun dari relasi yang tertukar antara I-It dengan I-Thou. Dengan didasari oleh kebutuhan Noland yang sudah lama tidak berinteraksi dengan manusia lain memunculkan sebuah kesadaran yang baru, bahwa bola volly (Wilson) tersebut yang menemani Noland terdampar di pulau tak berpenghuni selama 4 tahun dan Noland memahami secara sadar berelasi dengan Wilson yang seutuhnya dan Wilson juga memiliki sesuatu dalam relasinya terhadap Noland, Wilson dapat memenuhi kebutuhan berinteraksi yang sudah lama tidak didapatkan oleh Noland. Pada akhirnya relasi yang terbentuk adalah relasi yang bersifat mutual. Inilah relasi terdalam yang mampu dipahami manusia dalam bentuk relasi terhadap yang lain. Relasi yang tak mengobjektifkan yang lain, dan mampu melampaui batasan pemahaman awal yang bersifat terbatas.

    SYAEFUDDIN YUSUF DWIPUTRA / 1812511010

    ReplyDelete
  13. Selamat Pagi Pak, mohon izin untuk memberikan komentar terkait dengan artikel ini yang membahas tentang film cast away. dalam artikel yang ditulis oleh Bapak Wahyu Budi Nugroho ini pada awalnya menceritakan alur cerita tentang seorang pegawai FedEx yang bernama Chuck Noland (Tom Hanks) yang terpaksa harus terdampar di suatu pulau terpenci karena insiden kecelakaan pesawat akibat cuaca buruk. pesawat FedEx yang ditumpangi chuck jatuh di di sekitaran laut pasifik dengan hanya menyisakan chuck seorang diri dan ia terdampar di pulau tak berpenghuni. kurang lebih selama 4 tahun chuck berusaha untuk bertahan hidup dengan ditemani oleh bola voli yang bermerek wilson dan ia namai wilson. 4 tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi seorang manusia untuk hidup tanpa adanya komunikasi dengan manusia lainnya, bahkan satu hari saja jika kita tidak berkomunikasi dengan orang lain maka itu dapat menjadi suatu indikasi dan dapat memicu gangguan kejiwaan. karena kodrat manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat hidup sendiri, dan harus mendapat bantuan dari manusia lainnya untuk bertahan hidup. di dalam artikel ini juga membahas tentang relasi I-it dan I-thou yang tertukar. karena di pulau tempat chuck terdampar tidak ada manusia lain yang dapat memenuhi relasi I-Thou nya maka ia menggantikan keberadaan subyek dengan bola voli yang dimana harusnya relasi yang terjadi antara chuck dan bola voli tersebut adalah I-It. atau sederhananya chuck mencoba mensyubekkan bola voli tersebut. Lalu jika ditinjau dengan perspektif sosiologi film, menurut saya film juga dapat menjadi suatu media sosialisasi atau penyampaian dari sang sutradara kepada audience. dalam film cas away ini mencoba mensosialisasikan kepada penonton tentang bagaimana eksistensi kita manusia sebagai mahluk sosial memang tidak bisa hidup sendiri,lewat seranagkaian adegan dari film cast away inilah banyak sekali pesan yang ingin disampaikan seperti bagaimana kita harus bisa menjadi pribadi yang kuat dan pantang menyerah seperti adegan chuck yang selalu berusaha mencari cara untuk bertahan hidup dan keluar dari pulau tersbut dan bagaimana chuck sebagai manusia, sebagai seorang mahluk sosial tidak dapat menjalani kehidupan sosialnya di pulau tersebut karena tidak adanya kehadiran manusia lainnya untuk melaksanakan suatu interaksi dan komunikasi, sampai sampai benda matipun akhirnaya dijadikan pengganti dari keberadaan manusia. mungkin sekian komentar yang dapat saya sampaikan, saya memohon maaf apabila ada kesalahan kata atau penulsian. Terimakasih

    Cokorda Agung Dharmasantika/1812511040

    ReplyDelete
  14. Selamat siang bapak Wahyu
    Izin menyampaikan komentar terkait artikel dalam film cast away.
    Pada dasarnya manusia tidak mampu bertahan sendiri tanpa bantuan individu lain.
    Film cast away yang mengisahkan keterasingan Noland dalam sebuah pulau yang belum tersentuh oleh manusia akibat kecelakaan pesawat.
    Dalam film tersebut, kehadiran Wilson dilatarbelakangi pada kondisi psikologis noland yang mengalami gangguan akibat terlalu lama terasingkan di pulau kecil tanpa kehidupan lain.Terkait hal tersebut, Coleman dalam teori pilihan rasional menjelaskan bahwa Individu melakukan tindakan dan memanfaatkan sumberdaya untuk mencapai tujuan.
    Akibat terlalu lama terasingkan, Noland menggambarkan wajah di permukaan bola volly dan menamainya Wilson.Keseharian noland dihabiskan dengan berinteraksi bersama Wilson. Tindakan seseorang pastinya bukan tanpa alasan. Sama halnya seperti Noland yang menjadikan Wilson sebagai sahabat untuk menemani keseharian dipulau tersebut.Aktor dalam hal ini merupakan noland, mampu berinteraksi dengan bola volly yang dianggap rasional dibandingkan dengan pilihan-pilihan lainnya semisal sepatu. Dalam hal ini aktor mengetahui apa yang ia mau dan apa yang harus dilakukan.sekian yang dapat saya sampaikan. Terima kasih pak.

    Nama: Pilipus Sijabat

    Nim: 1812511013

    ReplyDelete
  15. Selamat siang pak,izin berkomentar terhadap artikel dari bapak yang menarik.
    Saya pikir,kita sepakat bahwa manusia memang pada dasarnya merupakan makhluk yang tidak bisa hidup sendirian. Ada berbagai latarbelakangb yang mempengaruhi berbagai perilaku/aktifitas pun standar sosial yang dimiliki manusia yang didapat melalui manusia lainnya. Film ini secara langsung menggambarkan bagaimana kondisi mental,psikologis dan biologis seorang manusia sangat di pengaruhi oleh berbagai kondisi lingkungan sekitarnya.
    Jadi sudah menjadi fakta bahwa manusia tidak bisa hidup sendirian dengan eksistensi diri sendiri. Manusia perlu pengakuan pun interaksi dari berbagai elemen kehidupan manusia

    WILLYAM S ( 1712511058)

    ReplyDelete

  16. Selamat Siang pak wahyu, izinkan saya berkomentar. Tulisan ini sangat menarik, dengan bahasan yang padat dan sangat menarik untuk diulas. Dengan membaca tulisan ini sudah cukup memberikan gambaran terkait bagaimana atau seperti apa film Cast Away tersebut. Dari apa yang sudah dijelaskan dari tulisan diatas, yang dapat saya tangkap disini yakni dimana terdapat bentuk relasi yang tertukar, dimana terdapat seorang manusia yang melakukan komunikasi atau berinteraksi secara penuh dengan sebuah bola voli merk Wilson. Terkuak pula kenyataan kenyataan terkait terjalinnya interaksi antara Noland dengan bola voli wilson. Hal ini terlihat begitu konyol dan tak masuk akal. Akan tetapi jika dilihat atau ditinjau dari sudut psikologi maka, hal ini akan terlihat wajar saja. Ini dikarenakan setiap manusia sangat membutuhkan adanya interaksi dalam kehidupannya dengan manusia lainnya, apalabila tidak terjalin interaksi dengan manusia lain, maka akan timbul hasrat dalam diri manusia itu sendiri untuk menjalin interaksi dengan benda benda mati. Kemudian terkait dengan adanya relasi yang tertukar antara I-It dengan I-Thou disini dijelaskan dengan sangat jelas, dimana dapat saya simpulkan bahwa pada film Cast Away ini, persahabatan yang terjalin antara Noland dengan Bola Voli Wilson ini merupakan sebuah gambaran atau contoh dimana terjadinya pertukaran relasi yang semestinya I-It atau Aku-benda menjadi relasi I-Thou atau Aku-Engkau. Nah jika dilihat pada kehidupan saat ini pun pertukaran relasi ini juga terjadi. Ambil saja contohnya relasi antara manusia dengan handphone milik mereka masing”, dimana terjadi interaksi yang berlebihan dan relasi yang tertukar antara Aku-benda menjadi Aku-engkau.
    Sekian terimakasih pak 🙏🏻

    (Ni Kadek Suarningsih / 1812511037)

    ReplyDelete
  17. Selamat siang pak wahyu, Terimakasih pak atas artikel yang sangat menarik mengenai Bola Voli Wilson dalam Film Cast Away: Wujud Relasi yang tertukar.
    Dimana Cerita ini berawal ketika Noland mengalami kecelakaan pesawat dan kemudian terdampar di sebuah pulau yang sama sekali belum di sentuh oleh peradaban manusia. Ketika Noland sudah cukup lama tidak berinteraksi dengan manusia, Noland menjadikan Wilson (bola voli) sebagai teman berkomunikasi, walaupun komunikasi Noland dengan wilson ini hanya satu arah tetapi Noland menganggap Wilson sebagai sahabat yang selalu menemani nya. Bola voli yang pada umumnya sebagai benda untuk di lempar kesana kemari menjadi wujud yang berbeda layaknya manusia. Dapat dilihat bahwa relasi yang terjalin antara Noland dengan Wilson yang seharusnya berwujud I-It (AKU-itu atau AKU-benda), berubah menjadi I-Thou (AKU-Engkau).
    Relasi yang terjalin antara Noland dan Wilson merupakan relasi yang sangat tabu bahkan sebagian orang menganggap bahwa Noland seperti orang yang tidak waras berbicara kepada benda, bahkan Noland rela menceburkan dirinya ke laut untuk merengkuh wilson yang terlepas dari genggamannya. Dari cerita ini pesan yang bisa saya ambil bahwa manusia selalu membutuhkan komunikasi dan interaksi dengan manusia lainnya. Karena jika tidak kita akan seperti Noland yang bisa membuat Wilson-wilson lainnya.
    Sekian yang dapat saya sampaikan pak, Terimakasih.

    Sonia Devi/1812511016

    ReplyDelete
  18. Mohon izin memberikan komentar Pak. sebelumnya terima kasih Pak atas tulisan artikel di atas yang sangat menarik dan memberikan pelajaran baru bagi saya. Sesuatu hal yang dapat saya ambil kesimpulannya adalah ketika manusia yang merupakan makhluk sosial, tidak bisa hanya hidup sendiri tanpa adanya interaksi dengan manusia lain maka akan muncul suatu perilaku interaksi antara manusia dengan suatu benda di sekitarnya. Yang mana benda tersebut diperlakukan layaknya bersama manusia. Seperti di film Cast Away yang diulas dalam artikel di atas, tertukarnya hubungan antara I-It (Aku-itu atau Aku-benda) dengan I-Thou (Aku-Engkau). Di dalam artikel dijelaskan bahwa Noland berinteraksi dengan Wilson (bola voli) selayaknya memanusiakan benda, di mana ada perasaan, saling memahami dan bersifat orisinil. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Menurut saya karena pada dasarnya manusia memiliki naluri yang secara alamiah memerlukan sebuah hubungan dengan manusia lain (dalam hal ini saling memahami, berbagi suka ataupun duka bersama) yang dibangun melalui interaksi. Oleh karena itu saat adegan di mana Noland tidak dapat meraih dan menyelamatkan Wilson, Noland sangat sedih dan dikatakan dalam artikel kehilangan Wilson layaknya Noland kehilangan sahabat atau orang terkasih, tergambar penuh penyesalan. Jika dihubungkan dengan kehidupan saat ini, perlu adanya sikap yang bijak dan sesuai dengan relasi yang sesungguhnya Aku-benda dan Aku-Engkau.
    Demikian komentar yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf bila ada kesalahan kata. Terima kasih Pak
    Ni Kadek Noviar Grace Chandra Putri/ 1812511027

    ReplyDelete
  19. Selamat siang pak wahyu, dari yang saya dapat dari artikel yang sangat menarik di atas adalah pada kenyataannya manusia tidak dapat benar-benar hidup dalam kesendirian atau pun kehampaan dalam kurun waktu yang lama, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya untuk menjaga kewarasannya. Dalam artikel yang dimuat diatas digambarkan jika kehampaan yang dialami oleh manusia dalam kurun waktu yang sangat lama dapat menimbulkan relasi I-Thou bertukar peran dengan I-It. Dimana si Noland yang menemukan sebuah bola voli yang kemudian menganggapnya sebagai teman dan Noland memperlakukan bola boli yang ia namai dengan nama Wilson layaknya teman manusia.

    Sisca Lely Fania 1812511029

    ReplyDelete
  20. selamat sore, izin berkomentar...
    sangat menarik pemaparan ini yang mengulas film cast away.
    diceritakan diawal bagaimana aktor yang berberan sebagai noland yang menjadi korban kecelakaan persawat dan harus terdampar dipulau entah berantah dengan situasi yang mengerikan tanpa adanya teman maupun yang lainnya yang menunjang kehidupannya. sebagai aktor yang memerankan tokoh noland begitu menjiawai karakter sebagai orang yang terdampar. 4 tahun lamanya noland hidup sendiri tanpa teman,tanpa makanan,tampa sesorang yang dapat diajak berbicara,berinteraksi dan berkominikasi layaknya kesehariannya sebelum kecelakan sehingga menjadikan sebuah bola voli sebagai teman "curhat" sekaligus sahabat yang menamani har-hari noland di pulau tersebut. bola voli yang sudah dianggab teman pun diberikan nama layaknya manusia yaitu wilson, wilson si bola mampu memanami noland selama dipulau. relasi yang tertukar dari bola voli yang seharusnya hanya digunakan untuk olah raga, noland menjadikannya layyaknya manusia yang bisa mendengarkan segala keluh kesahnya. seharusnya relasi antara noland dan bola voli adalah aku dan benda (i-it) beruhah fungsi menjadi aku dan engkau (i-thou) karena situasi dan kodisi yang dialami noland karena terdampar tersebut. mungkin sebagian orang yang tidak membaca esai ini menganggab noland orang yang kurang waras dan film yang sama sekali tidak menarik kaarena menampilkan seseorang yang berbicara dengan bola. namun setelah dibedah dengan teori maka muncullah makna sebenarnya dari film ini bahwa manusia tidak bisa lepas dari yaang namanya komunikasi dan interaksi antara manusia lainnya. sehingga manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan manuia lain untuk dapat hidup dan begitu juga sebaliknya. terimakasih

    NI MADE MELIN SRI WIGUNA (1812511011)

    ReplyDelete
  21. Mohon izin untuk memberikan komentar Pak terkait artikel di atas. Dimana saya dapat menyimpulkan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan seseorang untuk berinteraksi sehingga manusia disebut sebagai makhluk sosial. Dari film Cast Away memperlihatkan bahwa Noland (Tom Hanks) yang terdampar dan berusaha bertahan hidup di suatu pulau. Dalam kesendiriannya saat berada di pulau tersebut, Noland pun menjadikan bola voli yang memiliki bekas darah dari tangannya untuk menjadi "teman" selama 4 tahun ia berada di pulau asing dan menamai bola voli tersebut dengan nama Wilson. Dari hal ini menyebabkan tertukarnya relasi antara I-It dengan I-Thou seperti yang telah dijelaskan dalam artikel, dimana Wilson ditukar relasinya dari hanya sebuah benda dan menjadi objek menjadi "manusia" yang ditempatkan sebagai subjek yang dapat berinteraksi dengan Noland. Selain gambaran dari film, di dunia nyata juga hal ini kerap terjadi yang mana halnya seperti manusia yang sangat bergantung dengan gawainya sehingga ia hanya memusatkan pikiran terhadap gawainya saja. Namun hubungan manusia-gawai sangat berbeda dengan hubungan Noland-Wilson, dimana hubungan Noland-Wilson didasari atas kebutuhan manusia untuk berinteraksi dimana Noland berada seorang diri di sebuah pulau. Sedangkan hubungan manusia-gawai hanya sebagai sarana pengalihan dari rutinitas yang menjenuhkan. Terima kasih Pak.

    Diah Putu Laksmi Ayudhari / 1812511036

    ReplyDelete
  22. Terimakasih atas artikel sangat menarik ini pak. Ijin memberi sebuah pendapat.
    Film Cast Away membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial (tidak dapat hidup sendiri). Saat Noland yang terdampar seorang diri disebuah pulau terpencil yang belum tersentuh peradaban manusia, Wilson (sebuah merk bola voli) hadir sebagai teman bicaranya. Secara psikologi, dapat dikatakan Wilson merupakan sebuah “pelarian yang nyata dan berharga”. Wilson hadir sebagai teman layaknya manusia untuk bertahan hidup menghindari berbagai tekanan dan depresi. Ketika menganggap suatu masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, mencari teman untuk berbagi cerita dan membantu mencari jalan keluar merupakan solusi yang baik dan Wilson mempuyai perannya disini.
    Demikian pendapat yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf bila terdapat kesalahan kata. Terimakasih pak.

    Jani Arta Situmorang_1812511023

    ReplyDelete
  23. Terima kasih atas artikelnya pak. Dari artikel tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa manusia adalh makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri meskipun obyek yang diajak interaksi tersebut bukan manusia, disatu sisi, manusia (Noland) yang mengalami keadaan tersebut (menganggap bola voli sebagai manusia) menurut saya dalam keadaan yang sulit untuk berinteraksi dengan orang lain (introvert) Hal tersebut sesuai dengan kutipan dalam artikel tesebut bahwa Identittas sinkronisnya sebagai bola voli dan nilai sinkronisnya sebagai benda untuk dilempar dan dipukul kesana-kemari dipisahkan secara sengaja oleh Noland. Bola voli tak lagi menjadi identitas sinkronisnya, melainkan manusia. Nilai sinkronisnya tak lagi menjadi benda untuk dioper atau dipukul kesana-kemari, tetapi sebagai teman interaksi layaknya manusia

    Ni Komang Ayu Indra Yanti
    1712511015

    ReplyDelete
  24. Terima kasih atas artikelnya pak. Dari artikel tersebut saya dapat menyimpulkan bahwa manusia adalh makluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri meskipun obyek yang diajak interaksi tersebut bukan manusia, disatu sisi, manusia (Noland) yang mengalami keadaan tersebut (menganggap bola voli sebagai manusia) menurut saya dalam keadaan yang sulit untuk berinteraksi dengan orang lain (introvert) Hal tersebut sesuai dengan kutipan dalam artikel tesebut bahwa Identittas sinkronisnya sebagai bola voli dan nilai sinkronisnya sebagai benda untuk dilempar dan dipukul kesana-kemari dipisahkan secara sengaja oleh Noland. Bola voli tak lagi menjadi identitas sinkronisnya, melainkan manusia. Nilai sinkronisnya tak lagi menjadi benda untuk dioper atau dipukul kesana-kemari, tetapi sebagai teman interaksi layaknya manusia.

    Ni Komang Ayu Indra Yanti
    1712511015

    ReplyDelete


  25. Silfi Rahayu putri
    Terimakasih atas artikel sangat menarik ini pak. Ijin memberi sebuah pendapat.
    Film Cast Away membuktikan bahwa manusia adalah makhluk sosial (tidak dapat hidup sendiri). Saat Noland yang terdampar seorang diri disebuah pulau terpencil yang belum tersentuh peradaban manusia, Wilson (sebuah merk bola voli) hadir sebagai teman bicaranya. Wilson hadir sebagai teman layaknya manusia untuk bertahan hidup menghindari berbagai tekanan dan depresi. Ketika menganggap suatu masalah sebagai sesuatu yang mengerikan, mencari teman untuk berbagi cerita dan membantu mencari jalan keluar merupakan solusi yang baik dan Wilson mempuyai perannya disini.
    Demikian pendapat yang dapat saya sampaikan. Mohon maaf bila ada kekeliruan.

    Silfirahayuputri 1812511019

    ReplyDelete
  26. Dari materi di atas dapat saya simpulkan bahwa sebenarnya manusia tidak dapat hidup sendirian seperti halnya pada film cast away. Digambarkan bagaimana noland yang terdampar di pulau terasing dan sendirian di tengah pulau. Situasi dan kondisi yang ekstrim ditambah tidak ada individu atau sosok untuk diajak berbagai dan berkeluh kesah. Guna mempertahankan kewarasannya ia akhirnya membuat teman khayalan atau pengganti individu berupa bola voli yang digambar wajah manusia. Hal ini kemudian dibuktikan atau dijelaskan dengan menggunakan teori pertukaran nilai I-It dan I Thou. Dimana pertukaran ini terjadi apabila adanya situasi yg memaksa dan atau menekan juga apabila afeksi lebih dirasakan pada benda. Fenomena ini merupakan bukti bahwa manusia tidak dapat hidup sendirian.

    I Wayan Baskara Agastya/1812511045

    ReplyDelete
  27. Selamat sore, pak Wahyu Budi Nugroho. Terima kasih atas materi dan review filmnya yang sangat menarik dan bermanfaat. Dalam materi di atas saya dapat menyimpulkan dan merasakan kesendirian yang dialami Noland benar-benar membuat dirinya menjadi gila. Saya pernah main teater dan ada kutipan yang sangat saya ingat yaitu "kesepian begitu menggilakan bukan?". Berbicara tentang Noland yang menjadikan bola voli sebagai teman hidupnya, saya juga pernah menjadikan pulpen sebagai teman curhat saya. Intinya, saya pingin hidup seorang diri, saya merasa nyaman pada suatu hari hidup di tempat yg begitu asing dan tidak ada seorangpun selama dua minggu. Dan saya menghabiskan waktu sendirian tidak ada masalah dengan itu. Setelahnya, saya berinteraksi lagi dengan kehidupan di kota dan merasa risih dengan suara-suara motor dan lain-lain. Kok saya malah curhat ya, intinya itu deh, kadang kita butuh sendirian, tapi kalo terlalu lama, hmm truk aja gandengan, sama kamu engga :)

    Dony Ramadhan_1712511057

    ReplyDelete
  28. Mohon izin memberi komentar untuk ulasan film ini, Pak. Betapa ulasan dan film ini sungguh mengingatkan saya justru pada hal yang paling dasar tentang hakikat menusia, salah satunya; homo socius (manusia sebagai makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan sesamanya dan tidak dapat hidup sendiri). Saya rasa film ini juga dapat dikatakan menggelitik para penonton dengan mendefinisikan ulang hubungan pertemanan atau kekeluargaan. Sebagaimana mekanisme hubungan tersebut yang penulis analisis menggunakan konsep I-It (AKU-benda) dan I-Thou (AKU-Engkau). Kemudian dilanjutkan dengan konsep pertanda (signified) dan penanda (signifier). Di luar dari bagaimana kegentingan manusia untuk berinteraksi, nyatanya film ini juga benar-benar menjabarkan bagaimana manusia memulai interaksi sosialnya meski bukan dengan sesamanya sekalipun. Film dan ulasan film yang sangat menarik. Terimakasih.

    Ni Nyoman Galuh Sri Wedari/1812511044.

    ReplyDelete